PENYAKIT SEPUTAR HIDUNG HIDUNG berfungsi menyaring kotoran dari udara yang masuk melalui selaput lendirnya. Bila kerja selaput lendir tidak bagus maka terjadilah infeksi saluran napas. Penelitian menunjukkan dalam satu tahun, anak bisa 6-8 kali terserang penyakit tersebut karena sistem kekebalan tubuhnya yang belum matang. Penyakit infeksi saluran napas sebenarnya merupakan self-limiting disease(sembuh sendiri tanpa diobati). Namun bila tidak kunjung sembuh lebih dari 5 hari, sebaiknya bawa anak berobat. Apalagi dengan adanya perubahan warna ingus yang menjadi kuning kehijauan, plus demam sekitar 38,5 derajat Celcius. Ini artinya, infeksi sudah meluas sehingga jika didiamkan bisa menjadi kronis. * Sinusitis Akibat dari infeksi saluran napas, seperti flu yang berkepanjangan, maka 6-13 persennya bisa menjadi infeksi di daerah sinus/rongga sekitar hidung. Gejala infeksi yang disebabkan bakteri ini berupa sumbatan di hidung, keluarnya ingus dan batuk berulang. Bila sudah akut bisa disertai demam, mulut berbau, pusing, terkadang ada gangguan pada mata (terasa berat dan perih). Mengapa ada keluhan pada mata? Hal ini berkaitan dengan anatomi di sekitar hidung yang memiliki 4 pasang sinus paranasal (terletak dekat hidung), yaitu sinus maksila yang berada di pipi, sinus frontal di dahi, sinus etmoid di dekat mata, dan di belakang sinus etmoid terdapat sinus sfenoid. Nah, sinus yang ada pada anak adalah sinus etmoid yang terletak di dekat mata dan maksila yang berada di sekitar pipi. Sementara sinus di daerah lainnya seperti di dahi dan sinus sfenoid di belakang etmoid belum berkembang. Sinusitis menjadi kronis jika batuk pilek berulang. Misalnya, anak mengalami batuk pilek selama 3 bulan. Setelah itu sembuh namun tak lama kemudian batuk-pilek kembali. Upaya penyembuhannya dengan pemberian obat-obatan selama 10-14 hari, serta fisioterapi. Memang pengobatannya terkesan lama, tujuannya agar tidak ada gejala sisa. Jika tidak diobati, sinusitis bisa terus diderita hingga usia dewasa. Komplikasi sinusitis yang dikhawatirkan adalah sino-bronkhitis karena lendir yang mengalir terus-menerus akan masuk ke dalam paru-paru. Terkadang komplikasi seperti ini tidak disadari orang tua sehingga pengobatan yang diberikan kepada anak hanya sebatas mengatasi batuknya, bukan sinusitisnya. Akibatnya, batuk-batuk tersebut tidak akan sembuh-sembuh atau terjadi batuk kronik berulang. Agar sinus tak menjadi lebih berat, anak perlu melakukan beberapa pantangan: * Hindari minuman dingin karena dingin akan membuat saluran sinus membengkak. * Tidak dianjurkan berenang karena dikhawatirkan terjadi trauma lokal, seperti kemasukan air kolam yang dapat mengiritasi hidung anak. * Hindari asap rokok karena bisa menyebabkan rongga hidung anak teriritasi. Debu dan polusi juga dapat membuat rongga sinusnya bengkak. Jika sinusitis tak kunjung sembuh, berarti sudah terjadi sumbatan. Pengobatan yang diberikan harus tepat, seperti pemberian antibiotika dan beberapa obat yang tujuannya membantu proses kerja antibiotika tersebut. Obat lain, seperti dekongestan, antihistamin, mukolitik/penghancur lendir, bahkan obat semprot atau tetes hidung dapat juga diberikan. Bila pengobatan belum juga menunjukkan hasil nyata, akan diambil tindakan operasi. Tujuannya untuk menghilangkan faktor penyebab dan memperbaiki drainase (pengeluaran cairan yang terus-menerus) dan ventilasi sinus. Tindakan operasi yang sering dilakukan pada anak-anak umumnya adalah adenoidektomi dan kadang diperlukan mencuci sinus yang sudah penuh dengan lendir. Pengangkatan adenoid (tonsil di belakang rongga hidung) dilakukan dengan pengerokan atau kuret adenoid. Tujuan dari tindakan ini untuk membuang sumbatan dan sumber infeksi. * Kemasukan Benda Asing Bisa berupa serpihan kertas, busa, krayon, partikel mainan yang kecil, atau lainnya. Biasanya mengakibatkan pilek pada satu sisi hidung, bahkan ada yang sampai mengeluarkan darah. Akan mengeluarkan bau tak sedap bila sampai terjadi infeksi. Oleh karena itu, bila anak kemasukan benda asing, jangan sekali-kali berusaha mengeluarkannya agar tidak memperparah keadaan. Selain anak jadi kesakitan, daerah di sekitarnya pun akan bengkak sehingga sulit mengeluarkan bendanya. * Polip hidung Polip akan tampak sebagai benjolan lunak berwarna putih atau keabu-abuan yang tidak disertai nyeri. Benjolan berasal dari pembengkakan selaput lendir (mukosa) yang berisi cairan interseluler (antarsel) yang terdorong ke dalam hidung. Biasanya terbentuk akibat reaksi hipersensitif (alergi). Sering terjadi pada masa dewasa. Bila polip masih kecil akan diberikan obat-obatan kortikosteroid yang diminum atau topikal (semprot). Bila ukuran polip besar maka dilakukan pengangkatan polip. Jangan lupa obati alergi yang terjadi dan cegah terjadinya infeksi dengan menangani flu yang diderita sampai tuntas. Penyakit ini bisa timbul berulang, maka jangan heran kalau operasi polip juga bisa terjadi berulang kali. * Mimisan Di bagian dalam hidung, terutama daerah tulang hidung depan terdapat leksus gieselbach, yaitu anyaman pembuluh darah yang dilapisi selaput lendir. Pada anak, anyaman pembuluh darah ini masih tipis sekali. Nah, bila anak sering mengupil, sakit pilek terus-menerus, atau hidungnya kemasukan benda asing, maka daerah tersebut akan teriritasi atau terluka dan terjadilah mimisan. Mimisan juga bisa disebabkan adanya suatu penyakit atau kelainan seperti kanker, kelainan darah, atau lainnya. Umumnya kemungkinan ini diduga terjadi bila mimisan sering terjadi pada anak yang sudah besar (usia belasan tahun). Bila terjadi mimisan, posisi anak jangan ditidurkan atau ditengadahkan kepalanya karena bisa mengakibatkan darah masuk ke saluran napas. * Duduk agak mencondongkan badan ke depan, tak usah menunduk. * Tekan cuping hidung dengan kedua jari tangan. Minta anak untuk bernapas lewat mulut. * Sembari menekan cuping hidung, kompres daerah antara hidung dan dahi dengan es yang dibungkus kain agar darah cepat membeku. Di daerah tersebut banyak terdapat anyaman pembuluh darah. * Setelah 10 menit biasanya mimisan akan berhenti. Jika tidak maka segera bawa anak ke dokter.
PENYAKIT SEPUTAR TENGGOROK * Amandel Amandel atau tonsil berada melekat pada dinding kanan dan kiri dari tenggorokan yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh. Umumnya amandel akan membesar pada usia 5 tahun dan ini merupakan hal yang wajar. Namun, ukuran besarnya harus sesuai anatomi. Bila amandel yang membesar ini menimbulkan keluhan, semisal anak jadi susah bernapas, selagi makan sering muntah karena terasa ada yang mengganjal di tenggorokan, maka saat itu sudah terjadi fokal infeksi. Amandel yang berfungsi menyaring kotoran dari udara yang masuk berarti sudah penuh kuman. Infeksi pada amandel menimbulkan gejala: * susah bernapas * selagi makan sering muntah karena terasa ada yang mengganjal tenggorok * susah menelan karena sakit tenggorok * demam bila capek sedikit saja * mulut sering bau akibat "sampah" kuman yang menumpuk * bobot tubuh turun * anak sering sakit Bila dalam setahun anak mengalami radang tenggorok lebih dari 5 kali, bisa dikatakan amandelnya sudah tak berfungsi lagi sebagai benteng pertahanan. Akibatnya, organ ini hanya menampung kotoran saja sehingga pertahanan tubuh anak melemah dan ia sering sakit-sakitan. Bila terdapat indikasi bahwa amandel tersebut menjadi masalah, maka perlu dibuang. Kalau tetap dipertahankan, anak menderita sampai dewasa karena sering sakit-sakitan. Selain itu, infeksinya pun bisa meluas ke daerah lainnya, semisal ke sinus. Tindakan operasi akan dilakukan dengan melihat kondisi si anak. Kendati masih kecil, tapi bila mengalami gangguan napas dan bahkan berisiko mengalami sleep apneu atau berhenti bernapas tiba-tiba di saat tidur, maka operasi harus segera dilakukan. Pada kondisi tak membahayakan, operasi dapat ditunda hingga usia anak di atas 3 tahun. Lebih baik lagi di atas usia 5 tahun. * Adenoid Sama halnya seperti amandel, tonsil yang berada di belakang rongga hidung ini akan membesar di usia 3 tahun. Setelah itu harusnya mengecil dan makin lama menghilang. Kalau adenoid terus bekerja menyaring kuman, keadaannya akan tetap besar dan bisa menjadi sumber infeksi. Pada anak, kasus ini dapat berkembang menjadi hipertropi adenoid atau adenoid yang membesar sampai menutupi saluran hidung sehingga anak susah bernapas. Waspadalah bila dalam keadaan tidur anak sering mengorok dengan keras. Gangguan napas pun sering ditunjukkan dengan tidur gelisah, kerap terbangun, dan mimpi buruk.Secara fisik, anak yang mengalami hipertropi adenoid dapat dikenali dari wajahnya yang khas atau wajah adenoid (facies adenoid) dengan ciri: * mulutnya selalu terbuka * langit-langit mulut tumbuh cekung ke atas * gigi rahang atas maju ke depan Akibat mulut yang selalu terbuka, kuman mudah masuk ke dalam tubuh sehingga infeksi mudah terjadi. Amandel pun harus bekerja keras sehingga ikut membesar.
PENYAKIT SEPUTAR TELINGA Penyakit yang ditemui di daerah telinga sebetulnya merupakan dampak dari adanya radang tenggorok, sinusitis, infeksi adenoid, dan lainnya yang berkelanjutan. Jarak antara saluran tenggorok, hidung, dan telinga yang pendek sekali menyebabkan kuman pada saluran tersebut naik ke telinga. Apalagi muara telinga atau tuba eustaschius pada anak masih pendek dan lebar sehingga sangat mudah terjadi infeksi dari daerah sekitarnya. * Otitis Media Akut (OMA) OMA adalah infeksi yang menyebabkan peradangan pada gendang telinga sehingga tampak merah dan bengkak. Keluhannya yaitu nyeri telinga. Pada anak yang lebih kecil juga menimbulkan gejala panas tinggi. Dengan obat-obatan, peradangan ini akan sembuh. Namun, bila kondisinya sudah terlalu berat atau sudah terjadi abses, maka nanah di dalam telinga bagian tengah perlu dikeluarkan dengan cara menusuk abses yang terdapat di gendang telinga. Cara ini disebut myringotomy. Setelah itu permukaan gendang bisa menutup lagi dengan baik. Bila nanah keluar maka panas tubuh anak akan turun. Seringkali, OMA pada anak tidak ketahuan. Begitu demamnya menurun, tiba-tiba keluar cairan dari telinga si anak. Nah, ini berarti gendang telinganya pecah dan mengeluarkan nanah yang disebut congek. * Congekan Congekan sebetulnya terjadi karena penanganan infeksi di sekitar THT yang tidak tuntas. Bila gendang telinga sampai pecah, maka permukaannya tak bisa rapat lagi, tidak seperti halnya bila nanah dikeluarkan dengan cara myringotomy. Akibatnya, anak tak lagi memiliki selaput yang dapat melindungi telinganya dari paparan kuman dan infeksi yang menimbulkan nanah atau congek itu tetap berlangsung. Bila tak diobati, bisa terjadi komplikasi lebih jauh seperti tuli dan kerusakan saraf-saraf pendengaran yang ada di otak. Anak yang congekan harus berpantang berenang karena jika telinganya kemasukan air, tak boleh dikorek. Pengorekan hanya akan menambah infeksi. Inilah beberapa penyebab mengapa radang telinga akut memburuk menjadi congekan: - pengobatan terlambat diberikan/tidak memadai - kuman cukup ganas - daya tahan tubuh yang jelek karena gizi kurang dan higiene buruk - kolesteatum atau adanya senyawa protein yang merusak tulang telinga. Timbulnya kolesteatum juga dirangsang oleh infeksi telinga yang terus-menerus. Diperlukan tindakan operasi untuk membuang kolesteatum ini. * Kemasukan Benda Asing di Telinga Bila kemasukan benda asing di telinga, tentu saja anak jadi tak bisa mendengar. Namun, biasanya anak tak melaporkan keluhannya sebelum timbul keluhan nyeri akibat infeksi di telinga tersebut. Lama-lama telinganya berbau. Jika hal ini terjadi, orang tua patut mencurigainya sebagai akibat kemasukan benda asing. Jangan menanganinya sendiri karena bisa-bisa benda yang masuk malah melesak ke dalam karena anatomi liang telinga yang berlekuk. Belum lagi di sana banyak terdapat saraf-saraf dan bisa terjadi luka. Benda yang masuk biasanya hanya bisa dikeluarkan oleh dokter THT dengan menggunakan peralatan dan keahlian khusus.
|